Galeri Kitab Kuning | Tulisan ini memuat asal usul Sejarah salah satu nasab keluarga Rasulullah saw dari Fam Marga al-Muhdor/ Al-Muhdar.
Di Indonesia sendiri, Sadah Ba'alawi atau Alawiyyin juga tersebar di berbagai penjuru negeri, mulai dari sabang hingga Marauke.
Dzurriyah atau keturunan Rasulullah saw. dari jalur Sahabat Ali bin Abi Talib dengan Sayyidah Fatimah ra. memang banyak, terutama di dataran Negara Yaman.
Baca Juga : Sejarah Asal Usul Marga Fam Nasab al-Hinduan - Keturunan Rasulullah saw
Salah satu Fam keluarga atau marga, serta nasab yang cukup terkenal adalah al-Muhdor/ Al-Muhdar. Simak sejarah dan asal usulnya berikut ini.
Sekilas Sejarah Fam Marga Nasab al-Muhdor/ Al-Muhdar
Ulama yang pertama kali dijuluki "Al-Muhdhar" adalah al-Habib Umar bin Syaich Abi Bakar bin Salim bin Abdullah binAbdurrahman bin Abdullah bin Al Imam Abdurrahman Assegaf.
So'al julukan dan gelar "Al-Muhdhar" yang disandang, karena ayah Beliau setelah menamainya dengan Umar maka dijuluki pula "Muhdhar" jadi "Umar AlMuhdhar".
Dengan maksud agar supaya mendapatkan keberkatan dan meniru Leluhur Besar-nya yaitu al-Habib Waliyyullah Umar Al-Muhdhar bin Al-Imam Abdurrahman Assegaf.
Dimana apa yang telah dicita-citakan ayah Beliau menjadi kenyataan, waliyyullah Umar Al-Muhdhar bin Syaich Abi Bakar bin Salim akhirnya menjadi seorang waliyyullah yang berpredikat seperti leluhurnya al-Habib Umar AI-Muhdhar bin Abdurrahman Asseggaf.
al-Habib Waliyyullah al-Habib Umar Al Muhdhar dilahirkan di kota Inat. Dikaruniai 2 orang anak lelaki masing-masing bernama Ali dan Abubakar, mereka yang menurunkan keturunan Al-Muhdhar.
Keturunan Al-Muhdhar selain disebut "Al-Muhdhar" biasa disebut pula dengan "Al-Mahadir".
Selain golongan "Al-Muhdhar" dari anak cucu Umar Al-Muhdhar, ada pula golongan Alawiyyin
yang dijuluki "Al-Bin Muhdhar", tetapi mereka dari keturunan anak cucu leluhur "Al-Habsyi"
al-Habib Waliyyullah Umar Al-Muhdhar pulang ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 997 Hijriyyah.
Salah satu Habib asal keluarga al-Muhdor yang cukup terkenal adalah Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Mukhdor, asal Bondowoso.
Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara yang santun dan bijak. Beliau berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan mereka. “Kallimu an-naas ‘ala qadri uquulihim”.
Dalam beramar ma’ruf nahi munkar beliau menggunakan cara yang santun dan halus. Hingga semua lapisan masyarakat dapat menerima dengan baik nasehat-nasehatnya.
Semua kalangan, baik dari kalanganAlawiyin, orang-orang Pribumi, bahkan para pembesar Belanda pun, hormat dan segan kepada beliau.
